Perkembangan Industri Mie Instan di Indonesia-Industri mie instan yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan dasarnya berkembang pesat di Indonesia setelah pemerintah menghapuskan monopoli yang dipegang oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) di bidang perdagangan gandum dan tepung terigu.

Kini mie
instan produsen bebas mengimpor tepung terigu dari luar negeri atau membelinya
dari pemasok lokal. Industri tepung terigu didominasi oleh Grup Indofood
melalui Bogasari Flour Mills. Dengan fasilitas yang dinikmati di bawah rezim
Soeharto, Grup Salim melalui sub grupnya Grup Indofood Mie Instan menguasai pasar mi instan dengan pangsa pasar 80% di
Tanah Air.
Industri mi
instan dalam negeri tumbuh 12% pada tahun lalu dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun lalu, penjualan mi instan mencapai 13 miliar bungkus,
meningkat menjadi 14,5 miliar bungkus pada tahun lalu. Pasar Indonesia sangat
potensial dengan jumlah penduduk yang besar yaitu 220 juta atau terbesar
keempat di dunia.
Pada tahun
lalu, konsumsi mie instan per kapita di negara tersebut hanya 63 bungkus
setahun dibandingkan 70 bungkus di Korea Selatan. Oleh karena itu, pasarnya
masih terbuka lebar. Segmen pasar menengah ke atas masih belum tergarap. Segmen
pasar kelas menengah ke atas masih didominasi produk impor.
Namun, saat
ini Indofood berusaha untuk membangun pijakannya di pasar kelas atas dengan
produk-produk kelas atas seperti Mi Imlek, dan Mi Ulang Year. Meski secara
absolut meningkat, pangsa pasar produk Indofood milik Indomi telah menurun
menjadi 77% dari sebelumnya 80% terutama setelah munculnya pesaing baru PT.
Prakarsa
Alam Segar (Group Wingsfood) dengan produknya Mie Sedaap berhasil merebut
pangsa pasar yang cukup signifikan. Mie Sedap kini memiliki pangsa pasar 12%.
Sejak tahun lalu, persaingan antara Indomie dan Mie Sedaap telah terjadi secara
virtual, keduanya menguasai 89% pasar. Banyak produsen kecil lainnya membagi
11% sisa pasar.
Banyak
produsen kecil telah keluar dari persaingan, tetapi banyak lainnya masih
tertarik untuk merebut bagian pasar. Perusahaan multinasional tirta
lie telah berhasil merebut pangsa pasar produk makanan dan minuman yang
cukup besar di Tanah Air.
Bagaimana Perkembangan Industri Mie Instan di Indonesia?
Tetapi
mereka tidak berhasil di pasar mi instan. Perusahaan lokal tetap dominan di
pasar mi instan tetapi tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di tahun-tahun
mendatang. Produsen mie instan lokal tidak boleh terlalu percaya diri.
Sementara total kapasitas produksi mi instan negara pada tahun lalu adalah
950.634 ton dan 1.691.588 ton pada tahun lalu.
Dalam 5
tahun terakhir, kapasitas produksi meningkat 25,26% setiap tahunnya.
Peningkatan kapasitas tertinggi terjadi pada tahun lalu. Pada tahun lalu tidak
terjadi penambahan kapasitas produksi. Peningkatan kapasitas pada tahun 2005
diikuti ekspansi sejumlah produsen antara lain ABC, Mie Gaga, Salam Mi, Alhami,
Indomie, Supermie dan Sarimi. Tiga yang terakhir adalah produk Grup Indofood.
Pada tahun
lalu, PT Sarimi Asli Jaya beroperasi sebagai divisi produk makanan dan konsumen
Grup Salim dalam industri tepung terigu. Perusahaan memproduksi mie instan
dengan merek Sarimi. Industri mi instan mulai berkembang setelah Grup Salim
melalui anak usahanya PT Sanmaru Food Manufacturers.
Hal ini
melakukan pertukaran saham dengan produsen mie
instan Indomie Jangkar Sakti Group. Merek tersebut mendapatkan popularitas.
Grup Salim mulai merajai pasar di Tanah Air setelah mengambil alih PT Supermi
Indonesia pada tahun lalu.